Cerita ini berawal ketika aku berumur 17 tahun dan sedang duduk di bangku kelas 2 SMA (2011), di suatu daerah wilayah Indonesia Tengah. Saat itu aku tinggal di rumah keluarga, karena aku bukan asli dari daerah tersebut. Pemilik rumah yang aku tinggali adalah kakak dari mamaku bernama Ningsih, dan beliau biasa aku panggil dengan sebutan Uak. Saat itu beliau telah berumur 43 tahun dan memiliki 1 orang anak, sedangkan suaminya telah meninggal sejak 6 tahun yang lalu atau dengan kata lain sekarang beliau telah berstatus Janda. Ringgo adalah anak satu-satunya dari Uak ku, dia berumur 20 tahun dan sedang melanjutkan pendidikannya di Surabaya sebagai mahasiswa.
Uak ku memiliki pesona wajah yang menggairahkan, ukuran dada 34C, pinggang yang ramping, dan pantat yang membengkak ke belakang.
Di rumah Uak biasa menggunakan baju kaos ketat, sampai bra yang Uak gunakan tercetak jelas di atas kaosnya, sedangkan dibawah Uak biasa menggunakan celana ketat berbahan elastis dan cetakan celana dalamnya jelas terlihat. Tapi kalo udah keluar rumah atau menerima tamu, Uak pasti menggunakan pakaian longgar dan jihab.
Saat itu aku sedang menonton Tv, tiba-tiba Uak ku keluar dari kamarnya dan lewat di depanku. Dengan terburu-buru Uak berlari ke arah WC tanpa menggunakan celana. Aku merasa kaget dan dengan mata melotot aku menatap pantat sexy-nya yang terbungkus oleh celana dalam berlalu di depanku. Setelah beberapa menit mengurung diri di dalam WC, Uak ku keluar, "Uak kenapa, kok tadi buru-buru banget pengen masuk WC?" "Iya nih Rangga, tadi rasanya kebelet banget pengen taik." "Terus tadi Uak ngapain di kamar?" "Cuma tiduran sambil baca buku, emang kenapa?" "Itu keluar kok gak pake celana?" "Uak kalo udah mau tidur emang suka gak pake celana Rangga, suka keringatan." "Kenapa bajunya gak dicopot aja sekalian? Kan jadi adem semua badannya." "Tadi di kamar baju sama celana udah Uak copot. Terus tadi pas Uak pengen keluar Uak pengen pake baju sama celana, tapi karena udah gak kuat nahan kebelet, Uak jadi gak sempat make celana. Ya udah, Uak masuk kamar dulu ya Rangga. Jangan lama-lama begadangnya." "Iya Uak."
Sejak saat itu Uak ku jadi sering gak pake celana kalo yang ada di rumah cuma kita berdua. Uak paling sering keluar tanpa celana ketika pulang kerja sekitar jam 15.30, dan itu adalah pemandangan yang selalu aku nikmati dengan semangat tinggi. Dan yang sering membuatku kepanasan adalah saat dia berdiri sambil menggaruk-garuk pantatnya, rasanya kepengen banget bantuin Uak untuk ngegaruk pantatnya. Suatu hari karena udah benar-benar kepanasan pengen ngegaruk pantatnya aku dapat ide sebagai alasana untuk menyentuhnya, "Uak, ini kok merah?" aku bertanya sambil mendekatkan tatapanku ke area pinggir pantatnya yang tidak tertutup celana dalam, "Apanya yang merah Rangga?" "Ini Uak." Aku menunjuk area yang merah itu sambil menyentuhnya. Sontak Uak ku kaget karena merasakan sesuatu yang menempel di pantatnya, "Heeeey. Iih Rangga bikin Uak kaget aja, Uak kira apa yang nempel di pantatnya Uak." "Heheh, maaf ya Uak." "Iya nih Rangga, sejak dari kantor tadi pantat Uak rasanya gatal-gatal. Gak nyangka sekarang udah jadi merah setelah digaruk-garuk." "Rangga bantuin garuk Uak mau gak?" "Garukin aja Rangga, dari tadi rasanya capek garu-garuk melulu. Tapi pelan-pelan aja ya Rangga, takutnya nanti pantat Uak malah lecet." Rasanya seneng banget setelah dikasih kesempatan buat garukin pantatnya, yah walaupun sebenarnya aku gunakan sebagai kesempatan buat nyentuh pantatnya. "Uak, udah ilang apa belum gatalnya?" "Udah Rangga, terimakasih ya." "Iya Uak, sama-sama. Itu kayaknya masih ada tuh yang ditutupin sama celana dalamnya, mau digarukin juga gak?" "Kalo kamunya gak capek ya digaruk aja. Tapi bentar ya, Uak telengkup dulu di bawah karpet." "Iya Uak." Sambil menunggu Uak telengkup, aku ikut duduk di samping Uak sambil terus-terus menelan ludah dengan jantung yang deg-degan. "Ayo Rangga mulai." "Iya Uak." "Tapi yang ini jangan digaruk ya, takutnya nanti malah lecet tuh kulitnya Uak. Mending digesek-gesekin aja tuh pake telapak tangannya." "Tapi uak, ini geseknya gimana? Tangan Rangga yang dimasukin atau celana dalamnya Uak yang dipelorotin?" "Bentar ya, Uak pelorotin dulu celana dalam Uak." Kulit pantatnya perlahan-lahan mulai terlihat, jantungku makin terasa cepat detakkannya, dan ooh pengen rasanya aku pencet-pencet daging pantatnya dan aku tanam wajahku di sana. "Eeh Rangga, kok malah diam?" "Eeh iya Uak. Nggak apa-apa kok." "Ya udah, ayo gesekin tangannya di pantat Uak yang gatal. Tapi jangan terlalu ditekan, nanti malah panas tuh pantatnya Uak." Aku mulai menggesek tanganku di atas pantatnya, dan lama-lama aku mulai memainkan tanganku secara perlahan agar Uak gak curiga apa-apa sama aku. Melihat respon Uak yang biasa-biasa aja, permainan tanganku semakin meningkat, aku menggesek-gesekkan tanganku sambil memencet pantatnya secara perlahan dan makin lama semakin cepat. Tiba-tiba Uakku menegurku, "Rangga, kok kamu malah pencet-pencet pantat Uak sih, tadi perintahnya apa?" sontak aku kaget dengan tegurannya yang secara tiba-tiba, "Eeh iya Uak, abis pantatnya bikin gemes nih Uak." "Kok bisa gemes?" Aku menjawabnya sambil menarik pelan celana dalam Uakku lalu memukul pantatnya, "Aaaaw, bukannya dijawab pertanyaan Uak kok malah dipukul pantat Uak?" "Ya ini pantatnya kenyal sih, terus bengkak montok gini siapa yang gemes." "Iiyh kamu kok malah macam-macam gitu sih. Udah ah, lanjutin gesek pantatnya Uak." dengan berani sambil menenteng jantung yang deg-degan, aku menjawab sambil mengecup pantat Uakku, "Iya Uak sayang. TCCCUUP." karena respon negatif dari gak keluar, kembali aku mengecup berulang-ulang pantat kiri kanannya, "TCCUP, TCCUP, TCCUP, TCCUP, TCCCCCUUP." lalu diakhiri dengan kecupan panjang untuk pantat kenyalnya. Setelah merasa cukup lama aku menggesek pantatnya, aku mencoba memanggil Uakku, "Uak, udah ilang belum gatalnya?" "Hmm, kenapa Rangga?" Uakku menjawab pertanyaanku dengan ekspresi mengantuk, "Ini pantatnya udah gak gatal atau gimana? Rangga udah mulai capek nih gesekin pantat Uak." "Iya bentar lagi Rangga, lanjutin geseknya." "Iya deh Uak." Dari tadi aku terus menahan hawa panas yang aku rasakan, barangku yang tegak berdiri terpaksa harus menahan kurungan yang tidak mampu menampungnya dengan ukuran pas. Semua itu terpakssa harus terjadi karena memek Uakku terpampang jelas di depan mataku, ingin aku meyentuhnya tapi nyaliku belum melonjak tinggi untuk melakukan hal itu. Tapi sekarang nafsuku justru menamparku untuk segera sadar, memek indah sedang terpampang jelas di depanku, temukan cara untuk memainkannya. Secara perlahan telapak tanganku mulai berpindah posisi, sedikit-sedikit dia mulai memperlebar area gesekannya. Melihat Uakku yang memperlihatkan ekspresi datar, akupun semakin berani melakukannya. Terus memperlebar dan oooh, terasa sungguh lembut permukaan memek Uakku ini, tapi sial suara Uakku membuatku kaget dan tiba-tiba aku menarik tanganku dari memeknya, "Oooh Rangga, sssshh, enak banget gesekan kamu di situ kamu Rangga. Tapi kok tangannya malah ditarik sih sayang?" "Eeh iya Uak. Rangga kaget aja barusan." "Ya udah, lanjutin gih gesekannya." Aku kembali menggesek memeknya, "Oooh Rangga, terusin gesekannya. Sssshh ooh, ilangin gatalnya ya Rangga." "Iya Uak. Uak suka ya?" "Suka banget Rangga. Kamu pintar banget nemuin bagian tubuh Uak yang gatal." "Rangga cuma maenin feeling Rangga aja kok Uak." "Dipercepat lagi dong Rangga, memek Uak rasanya makin gatal nih, ilangin gatalnya dong sayaang." "Iya Uak. Di sini juga gatal gak Uak?" Aku menggesek daging kecil seperti jagung di memeknya. "Ooooh iya Rangga, di situ juga rasanya gatal. Malah di situ yang rasanya lebih gatal sayaaang. Aaah, ssshh, aaaah, terus digesek Ranggaaa." "Iya Uak. Ini namanya memek ya Uak?" Aku bertanya sok bego kepada Uakku. "Iya Rangga, itu namanya memek. Ssshh, ooooh." "Terus daging kecil ini apaan nih Uak?" Aku kembali bertanya kepada Uakku yang sedang telengkup sambil menikmati gesekannya. "Itu namanya klentit sayang. Rasanya gatal banget tuh di klentitnya Uak, gesek terus sayang, tolong ilangin gatal di klentit Uak ya." "Iya Uak, Rangga juga suka kok gesekin klentit Uak." Beberapa saat kemudian tiba-tiba Uakku mengangkat kepalanya ke atas, badannya bergerak maju-mundur, paha Uakku merapat dan menjepit tanganku, dan memeknya terasa nyut-nyutan, sedangkan aku semakin memainkan ujung jariku di klentitnya, "Oooh Ranggaaa, enaaakk, korek klentit Uak sayaang. Sssshh oooh, memek sama klentit Uak keenakan banget sayaaang." Dan akhirnya paha Uakku merenggang, kepalanya kembali turun, dan nafasnya keliatan kelelahan. Uakku telah mencapai orgasme, jadi aku biarkan dulu dia beristirahat sejenak. Setelah nafasnya kembali terlihat normal aku bertanya kepada Uakku, "Iiiiyh, Uak ngompol ya?" "Iya Rangga, tadi Uak pengen masuk ke WC tapi karena tadi gesekkan kamu rasanya nikmat banget jadi Uak tunda dulu." "Tapi kok kencingnya Uak beda sih? Warna sama bentuknya keliatan kayak susu kental manis." "Naah itu dia kenapa tadi Uak tunda pergi masuk ke WC. Biar kencingnya Uak kerasa nikmat pas keluarnya. Karena nikmat, bentuk kencingnya Uak jadi berubah kayak susu kental manis." "Ooh gitu ya Uak. Rangga pengen jilatin memeknya Uak nih buat bersihin memek Uak dari kencing nikmatnya Uak. Boleh gak?" "Eeeh, gak boleh. Itu kan jorok Rangga. Masa memeknya Uak yang ada kencingnya mau dijilat-jilat gitu." "Yaaah Uaaakk, tapikan Rangga gak ngerasain jorok sama kencing memeknya Uak. Malah Rangga suka loh Uak." "Tetap aja gak boleh Uak gak mau. Udah ah, Uak mau ke WC dulu mau bersihin memek Uak. Lagian Uak malu rasanya dijilat-jilat kayak gitu." Dengan rasa kecewa aku melepas Uakku berlalu ke WC tanpa mengenakan apa-apa dibagian bawahnya, sedangkan celana dalamnya tadi telah dilepas untuk mengeringkan memeknya sebelum dia beranjak menuju WC.
Masih Lanjuuuuutt....
Setelah kejadian menggesek memek itu terjadi, Uakku tidak pernah lagi mencopot celananya. Hari-hari sebelumnya Uakku sering banget hanya mengenakan celana dalam ketika keluar kamar, tapi sekarang aku hanya bisa menatap cetakan celana dalamnya dari luar celana yang dia kenakan. Rasa kecewa yang terus-menerus datang membuatku berpikir untuk mencari cara agar dapat menatap celana dalamnya seperti kemarin-kemarin. Ketika malam hari tiba, aku memberanikan diri untuk mengenakan celana dalam saja seperti yang dia lakukan beberapa hari lalu.
"Loh Rangga, kok kamu gak pake celana sih?"
"Ini udah pake celana kok Uak. Celana dalam."
"Iya maksudnyaaa. Aduuh, sana balik ke kamar. Pake tuh celana jeans, boxer, training, atau apalah. Jangan cuma make celana gitu dong."
"Malas aah. Gerah rasanya Uak, makanya Rangga cuma make celana dalam."
"Ikut-ikutan Uak kamu ah."
"Iiyh biarin, kan wajar biar gak kepanasan. Terus Uak kenapa celananya gak pernah dicopot lagi?"
"Ya gak mungkin juga dong Uak terus-terusan gak pake celana, nanti bentol-bentol lagi pantatnya Uak gara-gara digigit nyamuk."
Beberapa saat kami saling diam sambil menatap layar TV yang menampilkan acara yang disiarkan. Sesekali aku melirik ke arah dada Uakku, tercetak jelas cetakan bra di atas kaos ketatnya. Gerakan dadanya yang naik turun membuat napasku juga ikut naik turun. Lagi asyik-asyiknya ngelirik, tiba-tiba Uakku noleh ke arah ku,
"Ngga, kamu liat apa sih?"
"Eeh? Gak kok Uak, Rangga gak liat apa-apa." Aku menjawab dengan tampang bego ke arahnya.
"Terus itu, kontol kamu kenapa ngangguk-ngangguk dari tadi?"
"Gak tau nih Uak. Dari tadi kontolnya Rangga tegang terus. Uak tau gak cara buat bikin Dia gak ngangguk-ngangguk gitu lagi?"
"Iiyh mana Uak tau. Uakkan gak punya yang begituan."
"Yaaah, kirain Uak punya caranya."
Lalu tiba-tiba Uakku bangun dari kursi panjang yang kami duduki, setelah tubuhnya berdiri tegak dia mencopot celana yang dia kenakan. Sontak kontolku terasa makin tegang melihat pemandangan tersebut. Uakku berlari ke arah WC sambil mencopot celana dalam yang dia kenakan. "Aduuh, kebelet pipiiiis."
Aku mulai berpikir, "Ternyata Uakku butuh pancingan juga ya."
Sekarang Uakku telah keluar dari WC, dalam perjalanannya dari WC dia mencari celana dalam yang dia copot tadi dan ternyata,
"Loh Rangga, kok celana dalam Uak kamu pake sih?"
"Rangga pengen coba, kira-kira muat gak ya sama Rangga."
"Iiiiyh copot, copot, copooot. Celana dalam cewek kok kamu pake, kamu gila ya?"
"Uak kok galak banget? Rangga kan cuma pengen tau pas atau gak nya. Nih celana dalamnya."
"Sini. Terus kalo pas kenapa, pengen kamu pinjem?"
"Kalo boleh sih iya. Hehehe."
"Dasar banci. Tuh kontolnya masih ngangguk-ngangguk tuh."
"Aaah biaran aja, nanti juga diam sendiri. Terus celananya kenapa gak dipake Uak?"
"Uak udah mau tidur, kamu kan udah tau gimana kalo Uak mau tidur."
"Rangga boleh tidur bareng sama Uak gak malam ini?"
"Gak boleh, kamu kan punya kamar sendiri."
"Aah Uak pelit, kan cuma tidur."
Tapi Uakku tidak menanggapi permintaanku, lalu masuk begitu saja ke kamarnya. Setelah pintu tertutup, aku menunggu beberapa menit tapi tetap tidak terdengar suara ketukan kunci di pintunya. Aku masuk ke kamarku sambil menunggu waktu sampe Uak benar-benar tertidur. Di dalam kamar, aku memainkan kontolku dengan celana dalam yang dia gunakan kemarin. Setelah menunggu sekitar 2 jam lebih, aku mulai bangkit dari tempat tidur dan menuju ke kamar Uakku. Setelah masuk ke dalam kamarnya, aku kembali kepanasan melihat Uakku yang tidur telentang dan hanya mengenakan pakaian dalamnya saja. Aku mulai mendekat, lalu menggoyang-goyang paha Uakku untuk membangunkannya. "Uak, Uaak, bangun. Uaak?" Tapi dia tetap teritidur pulas. Aku mulai capek, lalu tanganku mulai berjalan ke tempat lain untuk membangunkannya. Di situ aku membangunkannya sambil menggoyang dan menekan-nekan dadanya. "Uak banguuun. Uaaakk?" Setelah beberapa kali aku menekan dadanya, Uakku mulai bergerak tapi dia belum kunjung bangung. Aku terus berusaha membangunkannya dengan cara ini, tapi dengan guncangan yang sedikit menigkat dan dia mulai terbangun. "Uak, bangun doong."
"Hmmm. Iya Rangga, ada apa sih?" Uakku yang setengah sadar bertanya padaku.
"Uak, Rangga pengen tidur di sini."
"Looh kok gitu, kenapa gak tidur di kamar sendiri? Kamu kan udah Uak kasih kamar."
"Rangga gak berani Uak. Tadi Rangga kayak ngeliat sesuatu yang lewat di kamar Rangga." Aku memberi alasan agar dia mengijinkanku. "Ijinin Rangga ya Uak, cukup malam ini aja. Rangga takut."
"Ya udah Uak ijinin. Tapi nanti rangga jangan macam-macam ya."
"Iya Uak, Rangga janji gak bakalan macam-macam."
"Ya udah, sini naik."
"Terima kasih Uak. Rangga tidur di samping Uak ya."
"Udah jangan cerewet. Kamu tidur aja di mana maunya."
Aku langsung naik ke ranjang dan tidur di sampingnya. Ketika aku naik, Uakku justru membelakangiku padahal di otakku udah ada pikiran bakal memeluk dan menempelkan wajahku di samping dada yang telah ditutupi oleh bra yang dia kenakan. Tapi nggak apa-apa lah, masih ada pantat yang bisa aku pakai untuk menggesekkan kontolku.
"Rangga, kamu tidur atau joget sih? Ini ranjangnya goyang-goyang tau gak."
"Eeh iya tante, maaf." Akupun mendiamkan pinggulku, tapi kini tanganku yang justru bergerak untuk memencet dadanya dari luar bra. Gak ada protes dari Uakku, dia cuma berdiam diri dan justru mengambil dan memainkan handphone yang terletak di samping kiri bantal atau dengan kata lain di depan wajahnya.
"Uak mau telfon siapa malam-malam gini?"
"Gak telfon siapa-siapa kok, emang kenapa?"
"Gak kenapa-kenapa kok Uak."
Karena Uakku gak menunjukkan respon negatifnya, aku terus melanjutkan tingkah telapak tanganku di dadanya. Tangan kiriku yang menganggur aku gunakan untuk berusaha membuka pengait bra yang terletak di belakang punggungnya. Sambil berusaha membuka pengait, mulutku mencetak cupangan-cupangan merah di bagian belakang lehernya, "Tccccok, tccccok, tccccok."
"Mmmmmh." Tiba-tiba Uakku mengeluarkan desahan disa'at aku mencetak cupangan tersebut. Akupun makin semangat untuk membuka pengait bra yang dari tadi aku usahakan untuk terbuka, dan akhirnya pengait itupun terbuka seluruhnya. Aku menarik tubuh Uakku ke belakang agar posisinya berubah menjadi telentang, lalu terpampanglah 2 bukit tajam menjulang ke atas dengan puncaknya yang berbentuk bulat kenyal seperti permen Yupi.
"Aaaah. Ssssssh, aaaaahh." Uakku mendesah ketika bukit tersebut mulai aku mainkan.
Dengan pura-pura bego aku bertanya, "Uak kenapa? Apa ada yang sakit?"
Dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tetap terus mendesah, "Mmmmh. Ssssshh, oooh. Ssssshh, aaaaah."
Melihat ekspresinya yang seperti itu, aku jadi makin bersemangat memainkan dada kenyal yang menempel di tubuhnya itu. Tapi dia berdiam diri sambil kelihatan pasrah saat aku mempermainkan dadanya bergantian.
"Tcccup, tcccup, tcccup, tccccccuup. Dada Uak enak untuk dimaenin." Lalu tiba-tiba tangan Uakku bergerak dan membuat wajahku tenggelam karena dia menekan kepalaku sampai tenggelam di celah dadanya. Aku hanya bisa menahan nafasku yang gelagapan karena tekanan yang secara tiba-tiba itu. "Hmmmf, engf." Dan dengan tiba-tiba juga Uakku melepaskan tekanan yang dilakukannya terhadapku. Kemudian aku membalas perbuatannya tersebut dengan menggigit pelan punting dadanya sambil kutarik ke atas, dan kuselipkan telapak tanganku lewat celah celana dalamnya dari atas, kemudian memeknya aku tusuk dengan 2 jari sampai jariku tenggelam dengan sekali ke dalam memeknya. Lalu aku tarik kiri kanan puntingnya, dan memeknya aku korek.
"Aaaaarrgh, sssh, aaaaaarrgh." Sementara kepala, siku, dan tumitnya menahan tubuhnya yang terangkat ke atas karena ulahku.
"Jangaaaaan, Uak gak tahan digini'iiin. Toollooong berhenti Ranggaaaa."
"Aaargh, aaargh, aaaaaaaarrgghh."
"Beerr..heeeen..tiiiiiiiiiiii. Ngompol U..akk keeeluuar."
Tiba-tiba tubuhnya ambruk dan terbanting ke ranjang. Dengan nafas ngos-ngosan, dia tampak lemas terkapar di atas ranjang.
"Uak, barusan kok ngompol?"
"Kamu gak ngerti Rangga kalo Uak jelasin." Uakku menjawab sambil membersihkan memek dengan celana dalamnya sendiri.
"Ya udah deh nggak apa-apa. Terus, Uak tau gak cara keluarin ngompolnya Rangga?"
"Udah dulu ya Rangga, Uak mau tidur."
Uakku langsung merebahkan diri di ranjang, dan beberapa saat kemudian terdengar suara nafas yang begitu santai dan halus keluar dari hidungnya. Aku gak mau merasa sengsara seperti ini, aku juga ingin merasakan sensasi kenikmatan dari orgasme. Karena keinginanku udah begitu panas ditambah dengan penampilan Uak yang hanya mengenakan bra setengah terbuka, aku jadi semakin panas dibuatnya. Aku kembali memainkan dadanya, aku tidak peduli dia akan terbangun atau tidak karena ulahku. Aku mulai dengan menjilat pinggiran dada, kemudian secara perlahan aku angkat jilatanku menuju puntingnya. "Oooh, sayaang. Dada kamu lembut, kenyal." Aku tambahkan aksiku dengan memainkan jariku di memeknya, dan "Oooh, memekmu udah mulai basah lagi ya Uak sayaang?" Uakku masih terlihat lelap dalam tidurnya, sementara aku mulai mengeluarkan kontolku lewat celah celana dalamku. Aku mengelus kontolku sendiri yang dari tadi sudah tegang. Sedangkan memek yang aku korek terasa semakin bertambah basah saja, di situ aku berpikir sudah saatnya memulai aksi ngentotku dengan nya. Terasa begitu hangat lubang memek yang aku tusuk, oooh kayaknya lubang ini minta untuk ditusuk lebih dalam karena kepala kontolku terasa seperti dihisap. Tusukan kontolku terasa semakin dalam sedangkan memek yang aku tusuk terasa semakin bersemangat melakukan isapannya, dan aku merasa semakin melayang atas sensasi pijatan yang aku terima di kontolku. Aku benar-benar gak tahan dengan semua ini, akupun menenggelamkan kontolku secepat mungkin yang kulakukan secara tiba-tiba. Sontak Uakku seperti orang kaget, wajahnya tiba-tiba mengerut seperti orang kesakitan, pantat seksinya terangkat dan dibuatnya maju seolah ingin menelan lebih dalam kontolku, sementara kakinya tertekuk dan pinggangku terjepit kuat oleh pahanya. Aku biarkan dia untuk beristirahat sejenak. Pelan-pelan ku cabut kontolku dari mekinya, sedangkan pantat Uakku sedikit terangkat olehnya dan kening yang barusan terlihat datar kembali mengerut. Setelah kontolku telah keluar cairan pejuh milik Uakku mengalir keluar dari lubang mekinya, aku mencopot celana dalam yang aku gunakan dang menggunakannya untuk membersihkan meki Uakku dari cairan pejuhnya. Beberapa saat kemudian, Uakku kembali terlihat tenang seperti gak terjadi apa-apa. Aku yakin, bahwa dia kembali dalam tidur lelapnya. Kontolku masih dalam keadaan tegang, aku belum ingin tertidur seperti dia karena puncakku belum tercapai. Segera aja aku masukkan kontolku ke dalam memeknya, perlahan batang kontolku menembus daging memek Uakku. Oooh, terasa nikmat banget jepitannya. Setelah semuanya tengelam di dalam aku diamkan beberapa saat, perlahan empotan ayam dari memek Uakku mulai bermain. Aku gak tau apakah Uakku sadar atau tidak, tapi yang jelas desahannya sempat terdengar dari bibir sexy-nya. Kontol yang telah masuk dan sedang menikmati empotan tersebut mulai bergerak maju mundur - keluar masuk dari memek tersebut, sementara dada dan bibirnya ikut menikmati permainan emutan mulut dan remasan tanganku. Benar-benar jepitan yang luar biasa yang kudapatkan dari memek Uak ini. Karena entotan yang kulakukan penuh nafsu, aku merasa spermaku akan segera keluar tapi aku belum ingin itu terjadi. Segera kucabut kontolku dan tubuh Uakku kuputar menjadi tengkurap, perutnya aku ganjal dengan bantal, dan pahanya aku buka. Memek yang siap aku serang udah terpampang jelas di depan mata dan kontolku, nafsu yang terasa tanggung untuk dipuaskan segera kutusuk kontol ke dalam memek kenyal Uakku. "Ooooh, jepitan memekmu kuat. Terus empot kontolku, terima tusukan kontolku sayang. Uak, aku sayang Uak." Ku entot terus dengan semangat memek tersebut, entotan ini membuatku merasa seperti melayang dengan celana dalam bersayap. Setelah beberapa menit ku entot memek ini mulai terasa berdenyut, begitu juga dengan kontolku. Aku yakin memek ini akan menyemprot cairan pejunya untuk kontolku lagi, begitu juga kontolku. Teruuus ku entot memek kenyal yang berdenyut ini, puncak terasa semakin dekat denganku. Dan akhirnya semprotan dari memek ini keluar, kontolku merasakan kehangatan yang begitu nikmat dan cairanku ikut menyemprot keluar untuk menyiram daging kenyal yang menjepit kontolku. Pantat sexy yang terlihat di depanku sempat terangkat beberapa saat ketika cairannya dan cairanku keluar, terlihat kalo pantat itu sempat bergetar dalam menikmati puncak tusukan entotanku itu. Kemudian badanku terasa lemas dan mataku terasa berat untuk dibuka lagi, tanpa mengeluarkan kontolku aku langsung tidur telengkup di atas pantat sexy yang sempat bergetar tadi.
Aku terbangun dan ku lihat jarum jam telah menunjuk di sekitar angka enam, aku melihat-lihat ke arah sekitarku tapi Uak yang aku entot semalam tidak terlihat. Segera aku bangkit dan keluar dari kamar Uakku tanpa mengenakan apa-apa, di luar aku melihat Uak sedang menyantap sarapan pagi dengan handuk yang melilit di atas kepalanya. Kelihatan kalo dia sempat kaget melihatku keluar dari kamarnya tapi langsung bersikap biasa seperti tidak ada apa-apa yang terjadi sebelumnya. Karena responnya yang seperti itu aku langsung berjalan biasa ke depannya, melihat penampilan Uak yang seperti ini kontol yang sebelumnya lemas perlahan berdiri tegak. Kontol normal pasti berdiri jika melihat penampilan Uakku pagi itu yang hanya melilitkan handuk di atas kepala sementara di bawah dia hanya mengenakan celana dalam. Lalu aku yang tidak mengenakan apa-apa menghampirinya sementara dia tetap melahap sarapannya dengan ekspresi biasa aja. Kini aku telah duduk di sampingnya tapi tatapannya terus mengarah ke layar Tv yang sedang menyiarkan berita, melihat ekpresi datar yang ditunjukannya tanganku mulai merayap ke arah payudara yang tebuka bebas. Remasan lembut yang kuberikan mulai dia rasakan, mulut yang bergerak mengunyah makananpun mulai berhenti setelah dia menelannya dengan suara tegukan yang cukup jelas. Kini piring yang sebelumnya berada di atas telapak tangannya telah diletakkan disampingnya. Emutan pada dada besar dan kenyal yang kulakukan mulai membuat dadanya keras memadat, desahan mulai terdengar dari mulutnya "Sssssshh, aaaahh. Sssssshh, hmmmh." tangan kirinya meremas bantalan kursi yang kami duduki sedangkan tangan kanannya menarik dan mendorong kepalaku untuk menekan dada kanan yang sedang kuemut. Di saat Uakku sedang asyik-asyiknya menikmati emutan yang kuberikan, aku menghentikan emutan tersebut lalu berdiri dan berjalan melaluinya tanpa kuhiraukan. Setelah aku keluar selesai mandi, aku melihat Uakku telah mengenakan baju kerja dinasnya tapi belum mengenakan jilbab panjang yang biasa dikenakan. Aku berjalan menghampirinya,
"Uak udah mau berangkat kerja?"
"Iya nih, Rangga gak ke sekolah. Ini mau masuk buat siap-siap."
"Emang gak sarapan dulu?"
"Gampang, nanti juga sarapan."
Aku menatap ke arah dadanya, terlihat punting dadanya yang tercetak di atas baju kerja dinasnya dan ketauan kalo dia gak mengenakan bra di dalamnya.
"Heeh, kamu liatin apa sih Rangga?"
Aku menunjuk dadanya dan bertanya, "Itu. Uak gak pake bra ya?"
"Eeh iya, Uak lupa. Terimakasih ya Rangga udah kasih tau Uak."
"Iya, sama-sama."
Uakku berjalan menuju kamarnya dan aku mengikuti dari belakang. Setelah sampai di dalam kamar dengan santai dia membuka bajunya sedangkan aku langsung kucopot handuk yang aku lilitkan di pinggang. Dengan agak menjongkok dia memilih-milih bra yang akan dikenakan, melihat posisinya yang seperti itu aku melangkah maju di belakang Uakku. Tanganku aku selipkan ke depan dan aku gunakan untuk meremas dada kenyal yang terbuka, sedangkan kontolku yang sudah mulai tegang aku tekan sambil kugesek-gesek di pantat sexy dan empuk yang kukagumi. Gerakan tubuhnya dalam memilih bra membuatku keenakan karena pantatnya ikut bergerak dan menekan-nekan kontolku ke belakang. Aku merasa kalo Uakku ini udah mulai lama dalam memilih bra, aku melepaskan tanganku dari remasan di dadanya dan kontolku aku tarik dari tempelan pantatnya. Sesaat kemudian dia mendapatkan bra yang akan dikenakan, dan saat itu juga aku mengangkat roknya. Ternyata dia juga tidak mengenakan celana dalam, segera kupukul pantatnya dan kutarik kakinya sebelah agar merenggang. Bra yang didapatkan tadi kembali disimpan dan dia kembali menjongkok untuk menyari bra lain sambil berkata, "Ah, kayaknya ini gak cocok. Coba cari yang lain aja deh." Aku mulai jongkok mengarahkan wajahku ke memeknya, lidahku yang terjulur secara perlahan kutempelkan ke memeknya yang sudah sedikit basah. Ketika lidahku menempel, Uakku terlihat seperti terkaget karena pantatnya yang secara tiba-tiba keliatan melompat. Cairan kental yang mulai keluar dari lubang memek Uakku aku hisap, sedangkan Uakku mulai bergerak menekan-nekan memeknya ke lidahku. Suara Uakku kembali terdengar tapi cukup pelan, "Hngh. Ssssh, huuufftt." Karena memeknya udah begitu basah dan cairan memeknya udah cukup banyak aku hisap, kini aku berdiri sambil tetap mengelus memeknya dan menggenggam kontolku yang secara perlahan aku arahkan ke lubang memek milik Uakku. Kepala kontolku sekarang telah tenggelam, dan terlihat lubang memek yang aku tusuk mulai bermain-main dengan empotannya seolah ingin menghisap batang kontolku lebih dalam. Tapi aku justru berhenti menusuknya lalu memainkan kontolku untuk mengorek-ngorek lubang memek tersebut. Tiba-tiba tubuh Uakku terlihat tegang dan kepalanya mendongak ke atas, terlihat tangannya di dalam lemari meremas pakaian dalam yang ada di sana. Setelah merasa senang dengan ekspresinya yang seperti itu, aku memasukkan kontolku lebih dalam dengan tiba-tiba.
"AaaAaaAaaHh, aaahh." Uakku tiba-tiba mengeluarkan suara erangan.
Suara tepukan mulai terdengar ketika aku mulai menusuk dan menarik kontolku dari memek yang sedang aku entot, "Plok, plok, plok, plok....."
"Ssssshh, aaaahh. . . Ssssh, iyaaahh, ooooh. . ." Uakku terus mendesah.
"Plak, plak!" Suara pantat yang aku tampar.
"Aaaah, aaaah. Kontol keras dan tegang lagi ngentotin aku." Uakku masih terus mendesah dan mulai meracau.
"Pagi-pagi aku udah dikasih kontol besar yang lagi tegang. Nikmaaaatt. . . Asyiiiik dientot kayak gini. . . Memek geli. . ."
"Teruuuuss, tetap NgentoOoOtt. . . Nikmat dientOoOot. . ."
"Tusuuukk. . Ada kontol yang keluar masuk di memek aku! Oooohh, kontolnya semangat nusuk memek akuuu."
Kata-kata kotor terus keluar dari mulutnya tanpa lelah. Setelah cukup lama dientot, memeknya mulai terasa berdenyut. Aku pikir Uakku akan segera orgasme, jadi tusukan penisku semakin kupercepat karena aku gak mau ketinggalan darinya.
"Memekku mau muntah. ToloOoOng, terus entot aku. Aku gak mau tau, pkoknya harus muntaaaaahh. . . TABRAK rahim aku di dalam!"
Aku mulai merasakan kalo pejuhku segera keluar, sementara Uakku tiba-tiba mendesah panjang dengan kaki yang sedikit bergemetar,
"AaaAaAaaAaaah. . . Memekku muntaAaaHh. . . Sssssshh, aaAaaAaaaHh. .aaAaaAhH. .aaah. .aah. .haah"
Akhirnya terjadilah aksi tabrakan antara pejuh yang aku keluarkan dengan pejuh dari memek Uakku. Kami terdiam dengan nafas yang ngos-ngosan, keringat terlihat sedikit membanjir di leher Uakku. Kini kontol yang aku gunakan untuk mengentot Uakku kucabut, handuk yang kucopot tadi ku ambil untuk mengeringkan keringat yang terlihat di Uakku, tak lupa juga pejuh yang mengalir di pahanya ku keringkan. Setelah semuanya kuanggap selesai, keluar dari kamar Uakku tanpa melilitkan kembali handuk tadi di pinggangku. Sebelum aku ke luar, aku sempat memberitahukan sesuatu kepada Uakku,
"Uak, celana dalamnya juga kayaknya lupa Uak pake."
"Ooh iya, terimakasih ya Rangga udah ngasih tau."
"Sama-sama Uak. Rangga masuk kamar dulu ya Uak, Rangga mau siap-siap ke sekolah."
Aku berlalu seperti tidak ada kejadian sama sekali yang telah terjadi barusan.
To be continued...
Jual Vimax Asli Batam | Jual Vimax Di Batam | Jual Vimax Asli Di Batam | Jual Hammer Of Thor Di Batam | Jual Hammer Of Thor Asli Batam | Jual Hammer Of Thor Asi Di Batam | Jual Vimax Asli Bekasi | Jual Vimax Di Bekasi | Jual Vimax Asli Di Bekasi | Jual Vimax Asli Palembang | Jual Vimax Di Palembang | Jual Vimax Asli Di Palembang | Jual Vimax Asli Bogor | Jual Vimax Di Bogor | Jual Vimax Asli Di Bogor | Jual Vimax Asli Lampung | Jual Vimax Di Lampung | Jual Vimax Asli Di Lampung Antar Gratis COD Langsung
BalasHapus